Korupsi memang tak bisa lepas dari
kehidupan bangsa Indonesia. Setiap hari kita bisa lihat bagaimana “over loadednya”
pemberitaan tentang para koruptor yang menggerogoti uang rakyat di negeri ini. Yang
ketahuan saja sudah begitu banyaknya bagaimana pula dengan kasus korupsi lain
yang masih belum terungkap? Pasti lebih banyak lagi! mulai dari tingkat paling
kecil kecil hingga paling tinggi semuanya ikut “bermain”.
Dari fakta diatas apakah ini
benar-benar menunjukkan bahwa korupsi adalah budaya Indonesia? Anda boleh
percaya dan boleh juga tidak, namun yang pasti kasus korupsi ini ternyata sudah ada
sejak dulu, sejak Indonesia baru lahir. Berikut salah satu contohnya..
Juni 1948, Presiden Soekarno
melakukan kunjungan ke Aceh. Disana, ia tidak saja disambut secara gempita tapi
juga didapuk oleh tokoh-tokoh setempat untuk menyebut sesuatu hal yang menjadi
kebutuhan mendesak dari pemerintah barunya.
“Alangkah baiknya jika
Indonesia mempunyai kapal udara untuk membuat pertahanan negara dan mempererat
hubungan antara pulau dan pulau…”kata Sukarno seperti dituliskan oleh M. Nur El
Ibrahimy dalam Kisah Kembalinya Tengku Muhammad Daud Beureueh ke Pangkuan
Republik Indonesia (1979).
Begitu keluar ucapan tersebut
dari mulut Soekarno, tanpa basa-basi, rakyat Aceh merogoh saku dan mencopot
perhiasan yang ada di tubuh mereka. Begitu tingginya semangat untuk berkorban,
hingga konon antrian para donatur (terdiri dari semua kalangan) di beberapa
masjid dan pusat pemerintahan Kutaradja (Banda Aceh) panjangnya sampai ratusan
meter. Beberapa jam kemudian terkumpulah dana sebesar 120.000 straits dollar
ditambah 20 kg emas (sebanding dengan jumlah 10 Milyar Rupiah untuk hari ini).
Singkat cerita, dana itu
kemudian diancer-ancer untuk membeli sebuah pesawat terbang. Sebagai pimpro
dipilihlah Wiweko Soepono, penerbang senior Indonesia sekaligus salah satu
direktur Garuda paling sukses sepanjang sejarah. Dengan bekal wessel 120.000
straitsdollar ia kemudian terbang untuk mencari pesawat di Thailand. Namun
anehnya, saat Wiweko ke bank, mereka hanya bilang dana yang ada tinggal 60.000
straits dollar saja. Hilang 50%!
Wiweko akhirnya sadar,
dirinya “dibokisin”. “Saya hanya menerima setengah dari dana sumbangan…,”
ungkapnya ketika diwawancarai oleh majalah Angkasa pada tahun 2000.
Soal siapa yang korupsi dalam
masalah ini, Wiweko mengaku tak tahu sama sekali. Ia pun tak mau berspekulasi
bahwa pemberi wessel (yang enggan ia sebut namanya) adalah penilep sebagian
uang sumbangan itu. Untuk menghindari fitnah dan intrik, Wiweko memotokopi
pencairan wessel tersebut. Hingga dirinya beranjak tua, fotokopi wessel itu
masih ia simpan.
Dengan uang 60.000 straits
dollar, perwira Angkatan Udara Republik Indonesia itu berhasil membawa pulang
sebuah Dakota DC-47B yang kemudian diberi nama Seulawah (artinya Gunung Emas).
Nomor registrasi penerbangannya: RI-001. Pesawat itu kemudian secara resmi
menjadi pesawat kepresidenan pertama sebelum beberapa tahun kemudian
dikomersialisasi untuk melayani penerbangan sipil di Burma.
Lantas, bagaimana kabar sisa
uang 60.000 staits dollar dan 20 kg emas hasil sumbangan dari rakyat Aceh?
Laiknya kasus-kasus mega korupsi yang terjadi kemudian, soal itu seolah sirna,
tertumpuki cerita-cerita sejarah yang lainnya hingga orang-orang lupa sama sekali.
Belum ada komentar untuk "Bukti Bahwa KORUPSI di INDONESIA Sudah Ada Sejak Dulu!"
Posting Komentar