Di Indonesia, Pengelololaan
sumber daya alam yang selalu berorientasi pada ekspor dan cenderung melupakan
kebutuhan dalam negeri, keuntungan pastinya dirasakan oleh perusahaan namun
hanya sedikit untuk kesejahteraan rakyat. Itupun melalui jatah yang diperoleh
pemerintah pusat dan daerah terlebih dulu, untuk kemudian disalurkan ke
masyarakat.
Padahal, setiap kali isu
pemerataan hasil kekayaan alam muncul, kita harus ingat pasal 33 Undang-Undang
Dasar Indonesia. Sumber daya alam harus dimanfaatkan sebesar-besarnya demi
kemakmuran rakyat.
Ironisnya lagi, dengan merelakan
sumber daya alam pada perusahaan asing, pemerintah saat ini seperti tidak ingin
mengembangkan industri di dalam negeri. Padahal pasokan bahan baku dari
kekayaan alam, penting untuk penguatan industri hulu seperti semen, kertas, dan
sebagainya.
Pada kondisi tersebut,
investor asing adalah pihak yang paling diuntungkan. Ekspor terus berjalan dan
pengerukan sumber daya alam Indonesia terus berlangsung.
Walau demikian mereka tidak
bisa disalahkan, karena ekspansi bisnis tersebut berjalan sesuai koridor.
Bahkan pemerintah sendiri yang memberi sambutan hangat bagi perusahaan migas
dan tambang luar negeri untuk menggarap kekayaan alam di Tanah Air.
Seperti dikutip dari berbgai
sumber, inilah negara-negara asing yang menguasai alam Indonesia
Kanada
Canadian International
Development Agency (CIDA) mengembangkan 12 proyek di Sulawesi saja, semuanya
berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam.
Sheritt International dan Vale
juga membuka tambang di Indonesia. Khusus Vale, investasi di Sulawesi Tengah mencapai
USD 2 miliar.
Melalui Nico Resources yang
menjadi perpanjangan tangan perusahaan migas Calgary asal Kanada, kini ada 20
blok yang dikelola, pengelola blok terluas di Indonesia.
Perancis
Perusahaan migas asal Negeri
Anggur, Total, sudah bermitra cukup lama dengan pemerintah Indonesia.
Total E&P Indonesie
mengelola blok migas Mahakam, Kalimantan Timur. Total bekerjasama dengan Inpex
Corp dalam mengelola blok Mahakam. Total mengendalikan 50 persen saham di blok
tersebut dan Inpex sisanya.
Pada 2008, Total mengajukan
proposal untuk memperpanjang kontrak karena ingin melakukan investasi lebih
lanjut. Total memproyeksikan Blok Mahakam pada 2013 memberikan pendapatan US $
8,92 miliar.
Selain Total, perusahaan
Perancis lain, Eramet, berinvestasi di kawasan timur Indonesia. Eramet
beroperasi di Indonesia melalui kepemilikan saham pada PT. Weda Bay Nickel di
bawah konsorsium Strand Mineralindo.
Investasi proyek pengolahan
dan pemurnian (smelter) bahan tambang di Halmahera Utara, Maluku tersebut
mencapai US$ 5 miliar (Rp 50 triliun) dengan kapasitas 3 juta ton per tahun.
Inggris
British Petroleum (BP) adalah
operator lama sektor migas di Indonesia. Mengelola blok gas Tangguh di Papua,
lewat anak perusahaan BP Berau, investasi terbaru perusahaan asal Inggris itu
di blok tersebut mencapai USD 12,1 miliar.
BP mengelola Blok Tangguh
Train III, dengan 60 persen jatah mereka dapat diekspor ke Asia Pasifik,
sementara 40 persen disalurkan ke Indonesia.
Pasokan gas yang dibutuhkan
PLN juga akan disalurkan oleh BP. Kerja sama strategis tersebut tertuang dalam
nota kesepahaman (MoU) pasokan gas alam cair untuk pembangkit milik PLN sebesar
230 mmscfd.
Perusahaan dan investor lain
asal Inggris saat ini sedang mengincar sektor sumber daya alam strategis
lainnya. Khususnya di bidang industri ramah lingkungan.
China
Negeri Tirai Bambu sangat
aktif mencari sumber energi non-migas dari negara lain, termasuk Indonesia.
Salah satu investasi besar mereka di Tanah Air adalah bidang batu bara. Selain
itu, SDA seperti nikel dan bauksit juga diincar perusahaan-perusahaan China.
Perusahaan tambang skala
menengah dan besar China bergerak di seluruh wilayah. Mulai dari Pacitan, Jawa
Timur, sampai Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara. Salah satu perusahaan besar
adalah PT. Heng Fung Mining Indonesia yang berinvestasi di bidang nikel, di
Halmahera, Maluku, dengan target produksi bisa mencapai 200 juta ton.
Petro China, perusahaan migas
pelat merah China juga mengelola beberapa blok. Salah satu yang baru ini tersorot
adalah 14 blok di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang disegel pemerintah
setempat karena persoalan CSR.
Amerika Serikat
Di bidang tambang dan
pengelolaan blok migas, Amerika Serikat merupakan salah satu pemain utama di
Indonesia.
Tentu masyarakat sangat
familiar dengan Freeport McMoran, perusahaan tambang yang mengelola lahan di
Tembagapura, Mimika, Papua. Produksi tambang itu per hari mencapai 220.000 ton
biji mentah emas dan perak.
Selain Freeport, masih ada
Newmont, perusahaan asal Colorado, Amerika, yang mengelola beberapa tambang
emas dan tembaga di kawasan NTT dan NTB. Tahun lalu, setoran perusahaan ke
pemerintah mencapai Rp. 689 miliar, sudah mencakup semua pajak, dari keuntungan
total mereka. Jika dari NTT saja, pada 2012 pendapatan Newmont mencapai USD
4,17 juta.
Belum lagi sederet operator
migas yang rata-rata kelas kakap sebagai mitra pemerintah menggelola blok
migas. Chevron, memiliki jatah menggarap tiga blok, dan memproduksi 35 persen
migas Indonesia.
Disusul ConocoPhilips yang
mengelola enam blok migas. Perusahaan yang telah 40 tahun beroperasi di
Indonesia ini merupakan produsen migas terbesar ketiga di Tanah Air. Lalu,
tentu saja ExxonMobil yang bersama Pertamina menemukan sumber minyak 1,4 miliar
barel dan gas 8,14 miliar kaki kubik di Cepu, Jawa Tengah.
ref: merdeka
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Anda Tau ?
dengan judul Negara-Negara Asing yang Menguasai Alam Indonesia. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://adafakta.blogspot.com/2014/08/negara-asing-yang-menguasai-alam.html?m=0. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - Senin, 04 Agustus 2014
Tak patut
BalasHapus