Jumat, 05 September 2014

Pendapat Albert Einstein Mengenai Agama dan Tuhan

Albert Einstein adalah seorang ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi. Pria kelahiran 14 Maret 1879 ini dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotolistrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis".

Dalam bidang ilmu pengetahuan sosok Albert Einstein sudah tidak dapat diragukan lagi kemampuannya, namun bagaimana pula pendpatnya mengenai kebradaan agama dan Tuhan ?? Berikut penjelasannya..  


“Sains tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa sains adalah buta.” Begitu ujar Albert Einstein, dan kutipannya yang terkenal yang telah menjadi ajang perdebatan tiada akhir antara orang beriman dan tidak beriman yang ingin mengklaim ilmuwan terbesar abad ke-20 berada di pihak mereka.

Sebuah surat yang kurang dikenal yang ditulis olehnya, mungkin bisa membantu menyelesaikan perdebatan ini – atau paling tidak menambah panjang kontroversi tentang pendapat atau pandangannya mengenai agama.

Menjelang pelelangan surat tersebut minggu ini di London setelah selama 50 tahun menjadi koleksi pribadi, dokumen ini tidak menyisakan keraguan bahwa ahli fisika teoritik ini bukanlah seorang pendukung kepercayaan agama, yang dinilainya sebagai “tahyul kanak-kanak” .

Di dalam surat itu, ia menyatakan bahwa: “Kata tuhan bagiku tidak berarti apa-apa selain ekpresi dan produk dari kelemahan manusia, dan Alkitab sebagai sekumpulan tulisan berharga, namun tetap saja primitif dan kekanak-kanakan. Tidak ada interpretasi secanggih apa pun dapat mengubah ini.

Einstein, yang adalah seorang Yahudi dan yang juga menolak menjadi Presiden Israel yang kedua, dan juga menolak ide bahwa orang Israel adalah bangsa Tuhan yang terpilih.”

Bagiku agama Yahudi seperti halnya agama yang lain adalah perwujudan dari tahyul yang kekanak-kanakan. Dan orang Yahudi dengan bangga kuakui sebagai bagian dariku beserta dengan mentalitasnya yang kuakui dekat denganku tidak membedakanku dari orang-orang lain. Sejauh pengalamanku, mereka tidak lebih baik dari bangsa-bangga lain, meskipun mereka terlindungi dari kanker terburuk karena mereka tidak berkuasa. Selain itu aku tidak bisa melihat apa yang “terpilih” dari mereka.

Surat ini akan dilelang di Balai Pelelangan Bloomsbury pada Kamis Festival Mei dan diharapkan mencapai harga £8000. Tulisan tangan tersebut, dalam bahasa Jerman, tidak terinci dalam sumber akademik paling otoritatif tentang masalah ini, yaitu buku tulisan Max Jammer, Einstein and Religion.

Seorang ilmuwan terkemuka Inggris, John Brooke dari Universitas Oxford, mengaku ia belum pernah mendengar tentang hal ini.

Einstein paling dikenal melalui teori relativitasnya dan persamaan E=mc2 yang menggambarkan ekuivalensi antara massa dan energi, namun pandangannya tentang agama telah banyak mengundang tanda tanya.

Orangtuanya bukanlah penganut agama taat namun ia sekolah di sekolah dasar Katolik dan pada saat yang sama diajar secara privat tentang agama Yahudi. Ini mengacu pada masa yang kemudian dinamakannya “surga agama anak-anak”, di saat ia mematuhi kewajiban agama seperti tidak makan babi. Ini tidak berlangsung lama dan pada usia 12 tahun ia mulai mempertanyakan keabsahan cerita-cerita di dalam Alkitab.”

Konsekuensinya adalah perasaan bebas yang fanatik secara positif disertai perasaan bahwa masa mudanya telah ditipu oleh negara melalui kebohongan; sungguh perasaan yang mengejutkan, ” tulisannya.

Dalam tahun-tahun terakhirnya ia mengaju pada “perasaan religius kosmik” yang meresapi dan menjaga karya-karyanya. Pada tahun 1954, setahun sebelum kematiannya, ia mengatakan tentang ingin “merasakan alam semesta seperti sebuah kesatuan kosmik.” Ia juga suka menggunakan istilah religius, seperti pada tahun 1926 mengatakan bahwa “Ia [Tuhan] tidak bermain dadu” ketika mengacu pada ketidakpastian yang dihasilkan oleh teori kuantum.

Posisinya terhadap Tuhan telah sering disalahpahami oleh orang dari kedua belah pihak ateism/agamis namun ia selalu menolak untuk digolong-golongkan.”

Seperti para ilmuwan besar lainnya ia tidak bisa dikotak-kotakkan seperti yang diinginkan orang dalam polemik,” kata Brooke. “Jelas misalnya di mana ia memberikan penghormatan kepada nilai-nilai agama yang terdapat di dalam tradisi Yahudi dan Kristen… tetapi apa yang ia maksud dengan agama adalah sesuatu yang lebih mendalam daripada apa yang biasnya dimaksud dalam diskusi biasa.

Meskipun penolakannya mutlak terhadap agama konvensional, Brooke mengatakan bahwa Einstein sempat marah sewaktu pendangannya dipakai para ateis fundamentalis. Ia marah oleh ketinggihatian mereka dan pernah menulis seperti ini, “Misteri abadi dari dunia ini adalah kesukarannya untuk dipahami.”

ref:
-wikipedia
-http://www.guardian.co.uk/science/2008/may/12/peopleinscience.religion

Belum ada komentar untuk "Pendapat Albert Einstein Mengenai Agama dan Tuhan"

Posting Komentar